Karakteristik Pendekatan Matematika Realistik
Karakteristik Pendekatan Matematika Realistik
Pendekatan (approach)
pembelajaran matematika adalah cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan
pembelajaran agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan siswa. Salah
satu pendekatan yang berorientasi pada matematisasi pengalaman sehari-hari dan
menerapkan matematika dalam pengalaman sehari-hari adalah pendekatan matematika
realistik. Pendekatan ini mengacu pada pendapat Freudenthal yang menyatakan
bahwa pembelajaran matematika sebaiknya berangkat dari aktifitas manusia karena
Mathematics is a human activity
(Suherman Eman ,2001:128).
Istilah
matematika realistik tersebut muncul dalam pembelajaran matematika di Negeri Belanda
yang dikenal dengan nama Relistic
Matematics Education (RME). Pendekatan pembelajaran ini merupakan reaksi terhadap
pembelajaran matematika modern (new math)
di Amerika dan pembelajaran matematika di Belanda sebelumnya yang dipandang
sebagai”mathematich education”.
Pendekatan
Matematika Realistik merupakan pendekatan yang
orientasinya menuju kepada penalaran siswa yang bersifat realistik sesuai
dengan tuntutan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang ditujukan kepada
pengembangan pola pikir praktis, logis, kritis dan jujur dengan berorientasi
pada penalaran matematika dalam menyelesaikan masalah (Tarigan, 2006: 10). Prosedur
pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan tersebut lebih
menekankan pada pentingnya
konteks nyata yang dikenal siswa dan proses konstruksi pengetahuan matematika
oleh siswa sendiri.
Masalah
konteks nyata merupakan bagian inti dan dijadikan starting point dalam pembelajaran matematika (Tarigan, 2006).
Sejalan dengan Heuvel-Panhuizen (Siti Inganah, 2003: 13) Realistic Mathematics Education (RME) “merupakan suatu pembelajaran
yang menggunakan masalah kontekstual dan situasi kehidupan nyata untuk
memperoleh dan mengaplikasikan konsep matematika”. Masalah kontekstual ini
bukan berarti masalah yang selalu konkret dapat dilihat oleh mata tetapi
termasuk hal-hal yang mudah dibayangkan oleh anak
Karakteristik Pendekatan
matematika realistik adalah menggunakan konteks “dunia nyata”, model-model,
produksi dan konstruksi siswa, interaktif, dan keterkaitan (intertwinment)
- Menggunakan Konteks “Dunia Nyata”
Dalam pendekatan matematika realistik pembelajaran
diawali dengan masalah kontekstual (“dunia nyata”) sehingga memungkinkan siswa
menggunakan pengalaman sebelumnya secara langsung. Melalui abstraksi dan
formalisasi siswa akan mengembangkan konsep yang lebih komplit. Kemudian siswa
dapat mengaplikasikan konsep-konsep matematika ke bidang baru dari dunia nyata
(applied mathematization). Oleh karena itu, untuk menjembatani
konsep-konsep matematika dengan pengalaman anak sehari-hari perlu diperhatikan
matematisi pengalaman sehari-hari (mathematization of everyday experience)
dan penerapan matematikan dalam sehari-hari.
- Menggunakan Model-model
(Matematisasi)
Model berkaitan dengan situasi dan matematik yang
dikembangkan oleh siswa sendiri (self developed models). Peran self
developed models merupakan jembatan bagi siswa dari situasi real ke situasi
abstrak atau dari matematika informal ke matematika formal. Artinya siswa
membuat model sendiri dalam menyelesaikan masalah. Pertama adalah model situasi
yang dekat dengan dunia nyata siswa. Generalisasi dan formalisasi model
tersebut akan berubah menjadi model-of masalah tersebut. Melalui
penalaran matematik model-of akan bergeser menjadi model-for
masalah yang sejenis. Pada akhirnya, akan menjadi model matematika formal.
- Menggunakan Produksi dan Konstruksi
Melalui kegiatan dan konstruksi siswa terdorong untuk
melakukan refleksi pada bagian yang mereka anggap penting dalam proses belajar.
Strategi-strategi informal siswa yang berupa prosedur pemecahan masalah
kontekstual merupakan sumber inspirasi dalam pengembangan pembelajaran lebih
lanjut yaitu untuk mengkonstruksi pengetahuan matematika formal.
- Menggunakan Interaktif
Interaksi antarsiswa dengan guru merupakan hal yang
mendasar dalam pembelajaran matematika realistik. Secara eksplisit
bentuk-bentuk interaksi yang berupa negosiasi, penjelasan, pembenaran, setuju,
tidak setuju, pertanyaan atau refleksi digunakan untuk mencapai bentuk formal
dari bentuk-bentuk informal siswa.
- Menggunakan Keterkaitan (Intertwinment)
Dalam pembelajaran matematika realistik
pengintegrasian unit-unit matematika adalah esensial. Jika dalam pembelajaran
kita mengabaikan keterkaitan dengan bidang yang lain, maka akan berpengaruh
pada pemecahan masalah. Dalam mengaplikasikan matematika, biasanya diperlukan
pengetahuan yang lebih kompleks, dan tidak hanya aritmetika, aljabar, atau geometri
tetapi juga bidang lain. (Van den Heuvel-Panhuizen,1998).
Sedangkan Zulkardi (dalam Kania, 2006:19)
mengemukakan 5 karakteristik pedekatan matematika realistik , yaitu:
- The use of context (penggunaan konteks)
- The use of models (penggunaan model)
- The use of students own production and construction (penggunaan kontribusi dari siswa sendiri)
- The interactive character of teaching process (interaktifitas dalam proses pengajaran
- The interviewments of various learning strands (terintegrasi dengan berbagai topik pengajaran lainnya.
Kelima karakteristik pembelajaran menurut
filosofi realistik inilah yang menjiwai setiap aktivitas pembelajaran
matematika. Meskipun kelima karakteristik tersebut menjadi acuan dalam pengembangan
pembelajaran matematika, namun dalam desain pembelajaran kadang-kadang tidak
semua prinsip itu dimunculkan.
Comments
Post a Comment