Model Pembelajaran Inquiry

 Model Pembelajaran Inquiry

Inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa.

Model pembelajaran Inquiry berangkat dari asumsi bahwa sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang keadaan alam di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke dunia. Sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui indra pengecapan, pendengaran, penglihatan, dan indra-indra lainnya. Hingga dewasa keingintahuan manusia secara terus menerus berkembang dengan menggunakan otak dan pikirannya. Pengetahuan yang dimiliki manusia akan bermakna (meaning full) manakala didasari oleh keingintahuan itu (Sanjaya 2006, 196).

Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama model pembelajaran inquiry yaitu :

Model Pembelajaran Inquiry menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi inquiry menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.

Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri. Dengan demikian, model pembelajaran inquiry menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktifitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa. Oleh sebab itu kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inquiry.

Dalam model pembelajaran inquiry siswa tak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Manusia yang hanya menguasai pelajaran belum tentu dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara optimal namun sebaliknya siswa akan dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya manakala ia bisa menguasai materi pelajaran (Wina 2008, 197).

Inquiry adalah istilah dalam bahasa Inggris yang diartikan sebagai suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas. Adapun pelaksanaaannya sebagai berikut: guru membagi tugas meneliti suatu masalah ke kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan. Kemudian mereka mempelajari, meneliti atau membahas tugasnya di dalam kelompok. Setelah hasil kerja mereka dalam kelompok didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik.

Akhirnya hasil laporan kerja kelompok dilaporkan ke sidang pleno, dan terjadilah diskusi secara luas. Dari sidang plenolah kesimpulan akan dirumuskan sebagai kelanjutan hasil kerja kelompok. Dan kesimpulan yang terakhir bila masih ada tindak lanjut yang harus dilaksanakan dan diperhatikan (Roestiyah 2001, 75)

Dalam model pembelajaran inquiry dikenal beberapa prinsip-prinsip penggunaannya yaitu :

a.   Berorientasi pada pengembangan intelektual

Tujuan utama dari model pembelajaran inquiry adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian, model pembelajaran ini selain berorientasi pada hasil belajar juga berorientasi pada proses-proses belajar. Karena itu kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan model inquiry bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktifitas mencari dan menemukan sesuatu. Makna dari “sesuatu” yang harus ditemukan oleh siswa melalui proses berpikir adalah sesuatu yang dapat ditemukan, bukan sesuatu yang tidak pasti. Oleh sebab itu setiap gagasan yang harus dikembangkan adalah gagasan yang dapat ditemukan.

b.  Prinsip Interaksi

Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.

c.  Prinsip Bertanya

Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan SPI adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir. Oleh sebab itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inquiry sangat diperlukan. Berbagai jenis dan teknik bertanya perlu dikuasai oleh setiap guru, apakah itu bertanya hanya sekedar untuk meminta perhatian siswa, bertanya untuk melacak, bertanya untuk mengembangkan kemampuan, atau bertanya untuk menguji.

d.  Prinsip Belajar untuk Berpikir

Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fisika, akan tetapi belajar adalah proses berpikir, yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan; baik otak reptil, otak limbik, maupun otak neokortek. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. Belajar yang hanya cenderung memanfaatkan otak kiri, misalnya dengan memaksa anak untuk berpikir logis dan rasional, akan membuat anak dalam posisi “kering dan hampa”. Oleh karena itu, belajar berpikir logis dan rasional perlu didukung oleh pergerakan otak kanan, misalnya dengan memasukkan unsur-unsur yang dapat memengaruhi emosi, yaitu unsur estetika melalui proses belajar yang menyenangkan dan menggairahkan.

e.  Prinsip Keterbukaan

Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Segala sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu, anak perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan pekembangan kemampuan logika dan nalarnya. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya (Wina 2008, 199-201).

Adapun tujuan dari model pembelajaran inquiry adalah sebagai berikut:

  • Meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam menemukan dan memproses bahan pelajarannya.
  • Mengurangi ketergantungan peserta didik kepada guru untuk mendapatkan pengalaman belajarnya.
  • Melatih peserta didik menggali dan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar yang tidak ada habisnya.
  • Memberi pengalaman belajar seumur hidup. 

Setiap model pembelajaran yang ada, masing-masing mempunyai keunggulan dan kekurangan. 

Adapun keunggulan dari penggunaaan model pembelajaran inquiry adalah:

  • Menekankan pada proses pengolahan informasi oleh peserta didik sendiri.
  • Membuat konsep peserta didik bertambah dengan penemuan-penemuan yang diperolehnya.
  • Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.
  • Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri.
  • Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik.
  • Siswa dapat menghindari cara-cara belajar tradisional.
  • Memiliki kemungkinan besar untuk memperbaiki dan memperluas persediaan dan penguasaan keterampilan dalam proses kognitif para peserta didik.
  • Penemuan-penemuan yang diperoleh peserta didik dapat menjadi kepemilikannya dan sangat sulit dilupakannya.
  • Tidak menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar, karena peserta didik belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.

Sedangkan kekurangan model pembelajaran inquiry adalah sebagai berikut:

  • Tidak sesuai dengan kelas yang besar jumlah peserta didiknya.
  • Memerlukan fasilitas yang memadai.
  • Menuntut guru mengubah cara mengajarnya yang selama ini bersifat tradisional, sedangkan model pembelajaran ini baru dirasakan.
  • Sangat sulit mengubah cara belajar peserta didik dari kebiasaan menerima informasi dari guru menjadi aktif mencari dan menemukan sendiri.
  • Kebebasan yang diberikan kepada peserta didik tidak selamanya dimanfaatkan secara optimal, kadang peserta didik malah kebingungan memanfaatkannya

Agar tehnik ini dapat dilaksanakan dengan baik memerlukan kondidsi-kondisi sebagai berikut:

  • Kondisi yang fleksibel, bebas untuk berinteraksi.
  • Kondisi lingkungan yang responsif.
  • Kondisi yang memudahkan untuk memusatkan perhatian.
  • Kondisi yang bebas dari tekanan.

 

Comments

Follow Us

Total Pengunjung