Pendekatan Matematika Realistik dalam Pembelajaran Matematika di sekolah dan perguruan tinggi
Herwandi Sape, (2023) Pendekatan Matematika Realistik dalam Pembelajaran Matematika di sekolah dan perguruan tinggi
Pendekatan Matematika Realistik dalam Pembelajaran Matematika
Dalam
pendekatan matematika realistik siswa belajar mematematisasi masalah-masalah
kontekstual. Dengan kata lain, siswa mengidentifikasi bahwa soal kontekstual
harus ditransfer ke dalam soal bentuk matematika untuk lebih dipahami lebih
lanjut, melalui penskemaan, perumusan dan pemvisualisasian. Hal tersebut
merupakan proses matematisasi horizontal. Sedangkan matematisasi vertikal,
siswa menyelesaikan bentuk matematika dari soal kontekstual dengan menggunakan
konsep, operasi dan prosedur matematika yang berlaku dan dipahami siswa. (Dian
Armanto, 2001).
Proses pengembangan
ide dan konsep-konsep matematika yang diawali dengan pengalaman siswa yang
didapat dari dunia real oleh Lange (Hartoyo, 2000: 28) disebut sebagai
matematisasi konsepsi. Pada proses matematisasi konsepsi ini siswa berusaha
untuk menemukan dan mengidentifikasi suatu masalah yang dikembangkan dari dunia
nyata, situasi real dan menyelesaikan dengan caranya masing-masing. Tahap
belajar berikutnya adalah abstraksi dan formalisasi, dalam hal ini siswa
dibimbing agar berusaha membangun skema, menemukan pola dan mengembangkan
konsep atau algoritma yang lengkap. Setelah tahap ini, siswa dibawah kembali
kematematisasi dalam penerapan lebih lanjut pada masalah-masalah abstrak.
Treffers dan Gofree (Hartoyo, 2000: 28) menyebut proses matematisasi konsepsi
sebagai matematisasi horisontal yang merujuk kepada masalah yang pernah ditemui
dalam lingkungan hidupnya sehari-hari, dan matematisasi vertikal yang merujuk
kepada persoalan matematika abstrak.
Pada Pendekatan Matematika Realistik, dunia nyata digunakan sebagai titik pangkal
untuk mengembangkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip matematika dan pada akhir
kata perlu merefleksikan solusi kembali ke dunia nyata. Proses pengembangan
ide-ide dan konsep-konsep matematika yang dimulai dari dunia nyata disebut
matematisasi konsep.
Proses pengembangan
konsep-konsep dalam pembelajaran matematika akan bermakna bagi siswa apabila
penyajiannya dimulai dengan masalah-masalah realistik, selanjutnya siswa diberi
kesempatan untuk menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri sesuai dengan
skema yang dimiliki dalam pikirannya. Dalam kegiatan ini siswa diberi
kesempatan untuk melakukan refleksi, interpretasi dan mencari strateginya yang
sesuai. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Becker dan Selter (Hartoyo, 2000:
27) yang mengemukakan bahwa pengajaran matematika tidak lagi hanya merupakan
tempat belajar dan memberikan stimulus kepada para siswa, tetapi siswa
merupakan subjek yang aktif dan perlu diberi kesempatan untuk mengkonstruksi
pengetahuan matematikanya.
Hal di atas menunjukkan bahwa dalam pendekatan matematika realistik, siswa dipandang sebagai individu yang memiliki pengetahuan dan pengalaman sebagai hasil interaksinya dengan lingkungannya (Inganah 2003: 15). Selanjutnya, dalam pendekatan tersebut diyakini pula bahwa siswa memiliki potensi untuk mengembangkan sendiri pengetahuannya, dan bila diberi kesempatan mereka dapat mengembangkan pengetahuan dan pemahaman mareka tentang matematika. Melalui eksplorasi berbagai masalah, baik masalah kehidupan sehari-hari maupuan masalah matematika siswa dapat merekonstruksi temuan-temuan dalam bidang matematika. Jadi, berdasarkan pemikiran ini, konsepsi siswa dalam pendekatan ini adalah sebagai berikut:
- Siswa memiliki seperangkat konsep alternatif tentang ide-ide matematika yang mempengaruhi belajar selanjutnya.
- Siswa memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk pengetahuan itu untuk dirinya sendiri.
- Siswa membentuk pengetahuan melalui proses perubahan yang meliputi penambahan, kreasi, modifikasi, penghalusan, penyusunan kembali, dan penolakan.
- Siswa membangun pengetahuan untuk dirinya sendiri dari beragam pengalaman yang dimilikinya.
- Siswa memiliki kemampuan untuk memahami dan mengerjakan matematika tanpa memandang ras, budaya, dan jenis kelamin.
Jika ditinjau dari segi peranan guru dalam pendekatan matematika realistik guru dipandang sebagai fasilitator, moderator, dan evaluator yang menciptakan situasi dan menyediakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan kembali ide dan kosep matematika dengan cara mereka sendiri. Oleh karena itu, guru harus mampu menciptakan dan mengembangkan pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk memiliki aktivitas baik untuk dirinya sendiri maupun bersama siswa lain. Menurut Aisyah (2007) peran guru dalam pendekatan matematika realistik dapat dirumuskan sebagai berikut:
- Guru harus berperan sebagai fasilitator belajar.
- Guru harus mampu membangun pengajaran yang interaktif.
- Guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif memberi sumbangan pada proses belajarnya.
- Guru harus secara aktif memberi siswa dalam menafsirkan masalah-masalah dari dunia nyata.
- Guru harus secara aktif mengaitkan kurikulum matematika dengan dunia nyata baik fisik maupun sosial.
Comments
Post a Comment