Permasalahan pada Proses Belajar Mengajar di Sekolah Sebagai Bahan Penelitian

Permasalahan yang ditemukan pada Proses Belajar Mengajar di Sekolah Sebagai Bahan Penelitian

Dewasa ini  secara umum dapatlah dikatakan bahwa upaya pembinaan guru, kepala sekolah, dan pengawas serta pembina di bidang pendidikan daerah dalam melaksanakan belajar aktif lebih luas dilakukan pada tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah pertama serta madrasah. Sejalan dengan penyebaran gagasan-gagasan MBS-PAKEM (Manajemen Berbasis Sekolah dan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan), Pusat Kurikulum, Balitbang, Depdiknas telah mengintegrasikan pendekatan belajar aktif ke dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada tahun 2004, yang kemudian dilanjutkan dengan Standar Isi yang lebih dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mulai tahun 2006 

Selanjutnya Kurikulum 2013 (K-13), K-13 merupakan upaya penyederhanaan dan tematik-integratif serta pembelaran berpusat pada siswa. Akhirnya setelah pandemi Covid-19 muncul inovasi baru, yaitu bentuk pembelajaran intrakurikuler yang beragam yang disebut Kurikulum Merdeka Belajar

Kondisi dan faktor penyebab pelaksanaan belajar aktif di sekolah dasar dapat digambarkan sebagai  berikut. Kondisi ini secara umum relatif menggambarkan pula pelaksanaan belajar aktif di tingkat SMP, SMA, SMK, madrasah dan pendidikan nonformal.

  1. Kemampuan baca-tulis-hitung anak SD di banyak daerah masih rendah. Kemampuan berbahasa siswa SMP & SMA di banyak daerah masih lemah.
  2. TOT dan KKG gugus di SD dan MGMP di sekolah menengah umumnya belum konsisten & kurang bisa diandalkan.
  3. Dana sekolah cenderung kurang. Mereka mengeluh terhadap kebijakan pendidikan gratis. Partisipasi orang tua merosot.
  4. Umumnya sekolah yang menerapkan manajemen berbasis sekolah (MBS) & belajar aktif masih pada tahap kulit luar, hasil tiruan dari studi banding & TOT.
  5. Ada sekolah yang melakukan inovasi tanpa pernah ditatar.
  6. Rasio guru : siswa di daerah tertentu timpang. Di daerah lain amat ideal karena jumlah siswa sedikit. Motif mengangkat guru bantu demi lowongan jadi PNS.
  7. Korps pengawas umumnya cenderung belum kompeten dalam tugasnya.
  8. Banyak siswa di daerahdaerah tertentu tampak kurang bergizi.
  9. Terbanyak komite sekolah belum aktif, masih formalitas
  10. Di banyak sekolah buku-buku, alat bantu pelajaran, alat peraga & kit melalui DAK masih tersimpan rapi dan belum digunakan.
  11. Displin Kepala Sekolah dan guru di banyak daerah cenderung rendah.
  12. Umumnya text-book based teaching amat dominan. Duduk, dengar, catat, hafal dominan.
Permasalahan Proses Belajar Mengajar

Permasalahan yang dihadapi dalam proses belajar-mengajar antara lain adalah:

  1. Terbentuknya opini di masyarakat bahwa nilai ujian nasional seolah-olah menggambarkan prestasi belajar secara utuh. Demikian pula kemenangan dalam olimpiade, kontes idol, atau perlombaan olahraga dipandang sebagai cermin prestasi belajar yang utuh. Apakah ukuran-ukuran ini valid dan dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi karakter, budaya dan kemajuan bangsa serta memberikan bekal bagi anak-anak kita untuk menghadapi kehidupan di masa depan?
  2. Belajar yang terpisah-pisah baik antar mata pelajaran maupun antara satu kompetensi dengan kompetensi lainnya.
  3. Proses belajar-mengajar tidak berpusat pada peserta didik.
  4. Proses belajar-mengajar yang belum mampu mendorong timbulnya kreativitas peserta didik.
  5. Terbatasnya sumber daya yang tersedia.
  6. Banyak peserta didik berasal dari keluarga atau orang tua yang masih menunjukkan rendahnya kesadaran mengenai pentingnya pendidikan, sehingga dukungan pada peserta didik masih terbatas.
  7. Banyak guru belum terlatih secara baik dalam melaksanakan pembelajaran.
  8. Kemampuan membaca, menulis, dan berhitung (Calistung) peserta didik di SD dan MI umumnya masih lemah, demikian pula keterampilan berbahasa peserta didik pada jenjang pendidikan menengah tampaknya juga masih banyak masalah.
  9. Banyak peserta didik yang watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian serta sistem berpikirnya belum sejalan dengan moral dan norma keindonesiaan.

Guna menanggulangi permasalahan tersebut, guru atau pendidik perlu berinovasi dan kreativitas dalam menggunakan model, metode, dan strategi pembelajaran. Melalui inovasi dan kreativitas guru diharapkan peserta didik memiliki bekal kemampuan kreatif dan inovatif serta berbudaya yang pada gilirannya menggambarkan karakter bangsa. Melalui upaya ini, kita berusaha menciptakan citra baru tentang satuan pendidikan berprestasi sebagai sekolah yang mampu membuat para peserta didiknya kreatif dan inovatif, berbudaya serta mampu menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan yang kesemuanya itu merupakan pengembangan karakter bangsa yang diinginkan bersama.

Guna meningkatkan kemampaun profesional guru, pengawas, dan para pembina pendidikan di semua lini diperlukan pelatihan secara berkesinambungan agar mereka lebih kreatif dan inovatif dalam melaksanakan tugasnya. Khusus bagi guru, pelatihan seperti ini diharapkan mampu mengembangkan beragam kegiatan belajar di masing-masing satuan pendidikannya yang mengaktifkan dan membuat peserta didik kreatif dan inovatif.

Jika Artikel ini bermanfaat mohon follow kami di Klik Disini

Comments

Follow Us

Total Pengunjung